Halo sahabat sekalian, pada kesempatan kali ini kami akan membagikan referensi untuk Laporan Praktikum Biologi Perikanan Hubungan Panjang Berat. Ingat ya ini sebagai referensi bukan sebagai bahan untuk di copy-paste sepenuhnya. Berusahalah membuat laporan sebaik mungkin dengan usaha dan pengetahuan kalian sendiri atau berimproviasasi dari laporan yang kami sediakan ini juga tidak masalah selama kalian tidak menelannya bulat-bulat ya hehehe... Baiklah langsung saja berikut ini isi dari Laporan Praktikum Biologi Perikanan Hubungan Panjang Berat. Semoga membantu :)
3.3 Cara Kerja
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan laut Indonesia mempunyai sumberdaya hayati dengan potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Sumberdaya hayati laut terutama yang berupa ikan merupakan sumber pangan utama kedua setelah pertanian di darat. Pieris (1988) menyatakan bahwa ikan merupakan salah satu hasil laut utama dan selama ini menjadi sumber protein penting bagi rakyat. Dibandingkan dengan daging dan susu, ikan merupkan sumber protein yang lebih baik untuk kesehatan (kadar kolesterol rendah) selain relatif murah harganya.
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, akan tetapi kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut dan ammonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui hubungan panjang dan berat pada ikan biji nangka (Upeneus mullocensin)
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah :
a. Mengetahui hubungan panjang dan berat pada ikan Upeneus mullocensin.
b. Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi pertambahan berat dan panjag pada ikan Upeneus mullocensin.
c. Mampu melakukan pengolahan data tentang hubungan panjang dan berat pada ikan Upeneus mullocensin.
d. Menambah wawasan tentang hubungan panjang dan berat serta keterkaitannya dengan lingkungan perairan.
d. Mampu menginterpretasikan data hubungan panjang dan berat menjadi sebuah informasi yang berguna.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan biji nangka termasuk ikan demersal yang bersifat berkelompok (schooling), hidup di perairan payau dan laut pada kedalaman rata-rata 10-90 m. Banyak ditemukan di perairan pantai hingga wilayah estuari. Kebanyakan ikan biji nangka hidup di dasar perairan dengan jenis substrat berlumpur dengan pasir, namun ditemukan pula adanya ikan biji nangka yang mencari makan sampai di daerah karang (Burhanuddin et al. 1984 in Sjafei & Susilawati 2001).
Penggunaan analisis frekuensi panjang dalam bidang perikanan, untuk memperoleh dugaan parameter pertumbuhan yaitu panjang teoritis, koefisien pertumbuhan, dan umur ikan. Analisis data frekuensi panjang bertujuan untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu, sehingga analisis tersebut bermanfaat dalam pemisahan suatu sebaran frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran. (Boer 1996)
Semua metode pendugaan stok pada intinya memerlukan masukan data komposisi umur. Pada perairan beriklim sub-tropis, data komposisi umur biasanya dapat diperoleh melalui perhitungan terhadap lingkaran-lingkaran tahunan pada bagian keras ikan, yaitu sisik dan otolith. Lingkaran-lingkaran ini terbentuk karena adanya fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi perairan dari musim panas ke musim dingin dan sebaliknya.(Sparre & Venema 1999).
Dalam studi pertumbuhan ikan, sering digunakan analisis hubungan panjang bobot untuk menjelaskan sifat dan pola pertumbuhannya. Bobot dianggap sebagai salah satu fungsi panjang. Hubungan panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik, dimana bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hasil analisis tersebut menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yang merupakan harga pangkat yang dapat menjelaskan pola pertumbuhan. Suatu pertumbuhan, dimana pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan bobotnya (b = 3), maka pertumbuhan yang demikian itu disebut juga pertumbuhan isometrik. Sedangkan, jika pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot (b ≠ 3), maka pertumbuhan yang demikian itu disebut juga pertumbuhan alometrik. Dikatakan pertumbuhan alometrik positif jika nilai b > 3, menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambeahan panjang. Sebaliknya, jika pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot, maka dikatakan pertumbuhan alometrik negatif (b < 3). (Ricker 1975)
Jika panjang dan berat diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aLb. Nilai b yang merupakan konstanta adalah harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Selain menunjukkan pola pertumbuhan ikan, hubungan panjang dan berat pun dapat digunakan untuk melihat faktor kondisi ikan (Rounsenfell dan Everhart, 1962 dalam Arwani, 2002). Semakin besar nilai b, maka nilai faktor kondisi ikan akan semakin besar. Faktor kondisi dapat mengindikasikan kondisi suatu perairan. Semakin besar nilai b, menujukkan semakin baik kondisi lingkungan perairan tersebut (Rounsenfell dan Everhart, 1962 dalam Arwani, 2002).
BAB III METODOLOGI KERJA
Waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah pada pukul 14:00 dan 16:00 WIB pada tanggal 18 Maret dan 25 maret 2016 yang bertempat di Laboratorium Biologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala.
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
No Nama Alat dan Bahan Jumlah
1. Nampan 1 unit
2. Timbangan 1 unit
3. ATK 1 Pack
4. Lembar data Sheet 1 unit
5. Sarung Tangan 1 Pasang
6 Masker 1 unit
7 Tissue 1 pack
8 Upeneus mullocensin 5 ekor
3.3 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Diambil ikan.
2. Diletakkan diatas nampan dan diatur sesuai urutan.
3. Di timbang ikan satu persatu.
4. Di catat nilai bobot ikan.
5. Di ukur panjang badan ikan.
6. Dihitung nilai keterangan lain yang ada pada ikan.
7. Dicatat keterangan yang ada pada ikan.
8. Dilakukan pengolahan data ikan di komputer
3.4.1 Menghitung nilai ws (Berat prediksi) ikan.
Ws = a x
Keterangan :
Ws : Berat prediksi ikan.
a : Nilai intercept regresi linear.
L : Panjang badan ikan.
b : Koefisien regresi.
3.4.2 Menghitung nilai Residual
Residual = Ln (ws) - ln w
Keterangan :
Ws : Berat prediksi ikan.
W : Berat ikan saat ditimbang.
3.4.3 Menghitung nilai Bias Correction
Bias Correction = Exp ( 0,5 x Var. Residual ) x Ws
Keterangan :
Ws : Berat prediksi ikan
Var. Residual : Nilai total Var. Residu ikan
3.4.4 Menghitung nilai Faktor kondisi Fulton (K)
K = WL-3 x 100
Keterangan :
W : Berat ikan
L : Panjang ikan
3.4.5 Menghitung nilai Faktor kondisi relative (Wr)
Wr = (W/ Ws ) x 100
Keterangan :
Wr : Nilai factor kondisi relative
W : Berat ikan.
Ws : Berat prediksi ikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini terlampir didalam lampiran.
Praktikum pengukuran berat dan panjang pada ikan, menggunakan ikan jenis Upeneus mullocensin atau biasa dikenal dengan nama ikan biji nangka. Adapun kriteria yang diukur dalam praktikum ini adalah Berat ikan (W), Panjang badan ikan (TL), Panjang badan standar ( SL), Panjang Kepala ( HL), Panjang batang ekor (CPL), Panjang moncong (SNL), Tinggi sirip dorsal (DD), Panjang dasar sirip dorsal (DBL), Diameter mata (ED), Tinggi batang ekor (CPD), Panjang sirip dada (PFL), Panjang sirip perut (VFL), tinggi kepala (HD), Panjang sirip anal (AFL) dan Tinggi badan (BD). Selain itu, juga dilakukan pengolahan data di Komputer untuk memperoleh nilai – nilai kriteria tertentu seperti nilai b, K serta Wr (Berat relatif) nya.
Nilai b adalah koefisien regression yang mana mencerminkan pola pertumbuhan ikan seperti nilai b yang diperoleh pada saat praktikum adalah 2,9803 yang termasuk Allometrik negative atau pertambahan panjang lebih cepat berbanding pertambahan bobot tubuh. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan pengukuran terhadap 5 ekor sampel ikan biji nangka (Upeneus mullocensin) yang dilakukan menggunakan timbangan dan penggaris.
Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang diutarakan oleh Ricker (1975) dalam Effendie (2002) yang menyatakan bahwasannya “dalam studi pertumbuhan ikan, sering digunakan analisis hubungan panjang bobot untuk menjelaskan sifat dan pola pertumbuhannya. Bobot dianggap sebagai salah satu fungsi panjang. Hubungan panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik, dimana bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hasil analisis tersebut menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yang merupakan harga pangkat yang dapat menjelaskan pola pertumbuhan. Suatu pertumbuhan, dimana pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan bobotnya (b = 3), maka pertumbuhan yang demikian itu disebut juga pertumbuhan isometrik. Sedangkan, jika pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot (b ≠ 3), maka pertumbuhan yang demikian itu disebut juga pertumbuhan alometrik. Dikatakan pertumbuhan alometrik positif jika nilai b > 3, menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambeahan panjang. Sebaliknya, jika pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot, maka dikatakan pertumbuhan alometrik negatif (b < 3)”.
Setelah semua sampel selesai dihitung maka diperoleh nilai keseluruhan atau nilai rata-rata yaitu 101,0487 dimana nilai ini menunjukkan bahwa perairan tempat populasi ikan tersebut hidup menyediakan cukup makanan atau jumlah/kepadatan predator rendah yaitu pada kisaran 101 yang menunjukkan perairannya masih dalam kaedaan seimbang.
Adapun dari hasil data yang telah diperoleh bahwa ikan biji nangka memiliki nilai K=3.29 semakin tinggi nilainya maka akan semakin baik. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat dikatakan bahwasannya kondisi perairan dimana ikan biji nangka hidup bersifat bagus. Meskipun perhitungan dari pengukuran panjang beratnya menunjukkan hasil Allometrik negative, harus diperhatikan bahwa angka tersebut hampir mendekati nilai Isometrik karena hanya memiliki selisih nilai sebesar 0,0197.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a. Pola pertumbuhan ikan biji nangka ialah tergolong allometrik negative dengan nilai b yang dihasilkan yaitu 2,9803.
b. Nilai Wr yang dihasilkan yaitu 101,04 yang menandakan kondisi perairan tempat ikan tersebut tinggal cukup baik.
c. Tingkat predasi pada perairan tempat ikan tersebut tinggal cenderung rendah dan cukup stabil.
d. Ukuran ikan terpanjang yaitu 215 mm dengan berat bobotnya 173 gram.
e. Ukuran ikan terpendek yaitu 178 mm dengan berat bobot 99 gram.
Saran untuk praktikum ini adalah agar pada praktikum kedepannya dapat disediakan timbangan digital dalam jumlah yang cukup agar saat pengukuran bobot ikan, praktikan tidak perlu mengantri terlalu lama serta untuk mencegah terbuangnya waktu dan menghemat waktu praktikum. Serta agar kedepannya sebelum praktikum dimulai, ikan yang akan digunakan sebagai sampel diperlihatkan terlebih dahulu kepada praktikan untuk menghindari kesalahan dalam penyediaan sampel yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani, M. 2002. Analisi Pertumbuhan Ikan Belanak (Mugil dussumieri) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor: Hal 10-12.
Boer M. 1996. Pendugaan Koefisien Pertumbuhan (L∞, K, t0) Berdasarkan Data Frekuensi Panjang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Periknan Indonesia IV (1): Hal. 75-84.
Burhanuddin, S., Martosewojo, A. Djamali dan Moeljanto,1984. Perikanan Demersal di Indonesia. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional – LIPI Jakarta. Jakarta
Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta: Hal 163.
Ricker, W.E. 1975. Computation and Interpretation of Biological Statics of Fish Population. Bulletin Fisheries Resources Board. Canada : No.119 Hal. 382
Sparre P & Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajuan Stok Ikan Tropis Buku –I Manual (Terjemahan Dari Introduction To Tropical Fish Stock Assesment Part I). Kerjasama Organisasi Pangan, Persekrikatan Bangsa-Bangsa Dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Hal, 438
LAMPIRAN
1. Tabel Hasil Pengukuran Ikan
2. Tabel Analisa Data
3. Grafik Hubungan Panjang Berat
4. Grafik Regresi Linier
0 Comments