Laporan Praktikum Pengukuran Jarak dan Pemetaan Detail

Halo sahabat sekalian, pada kesempatan kali ini kami akan membagikan referensi untuk Laporan Praktikum Pengukuran Jarak dan Pemetaan Detail. Ingat ya ini sebagai referensi bukan sebagai bahan untuk di copy-paste sepenuhnya. Berusahalah membuat laporan sebaik mungkin dengan usaha dan pengetahuan kalian sendiri atau berimproviasasi dari laporan yang kami sediakan ini juga tidak masalah selama kalian tidak menelannya bulat-bulat ya hehehe... Baiklah langsung saja berikut ini isi dari Laporan Praktikum Pengukuran Jarak dan Pemetaan Detail. Semoga membantu :)





PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Geodesi adalah ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan bumi. Geodesi dapat dibagi ke dalam bidang - bidang geodesi global, survei geodesi, dan ukur tanah (planet surveying). Geodesi global menyangkut penentuan sosok bumi, termasuk keseluruhan medan gaya berat bagian luasnya. Survei geodesi menetapkan permukaan suatu negara dengan koordinat titik – titik kontrol yang cukup banyak jumlahnya. Dalam pekerjaan dasar ini keseluruhan kelengkapannya bumi harus diperhatikan (UNDIP, 2007)
            Pengukuran – pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan dan pada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik – titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapat hubungan antara titik – titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan tegak, diperlukan sudut – sudut yang harus diukur. (wongsotjipto, 2010)
            Dengan metode kartografi yang membuat orang memahami cara untuk menggambarkan suatu fenomena atau suatu daerah sedemikaan rupa sehingga secara besar nyata hubungannya antar objek dan struktur yang akan digambarkan. Kartografi merupakan studi pembuatan peta yang historis adalah berupaya untuk menggambarkan wajah geografis muka bumi saat ini tidak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan – tujuan geoposisi semata. (Abidin, 2001)
            Pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi, dan proses mempertimbangkan bentuk lengkung permukaan bumi, dan proses perhitungannya, akan menjadi lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pada pengamatan areal yang cukup luas, lengkung permukaan bumi dianggap tidak terbatas, sehingga dapat diterapkan dengan metode pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. (Soekarto, 2001)
            Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah menentukan letak atau kedudukan suatu subjek diatas permukaan bumi atau subjek diatas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat (umumnya digunakan sistem koordinat geodetik). (Paul, 2000)
Berdasarkan definisi modern dari IAG, Vanseek dan Krawskiwsky, mengklasifikasikan tiga bagian utama dari ilmu geodesi yaitu penetuan posisi, penentuan medan gaya berat, dan variasi temporal dari posisi dan medan gaya berat, dimana domain spasialnya adalah bumi, serta benda langit lainnya. setiap bidang kajian di atas mempunyai spektrum yang sangat luas dari teoritis sampai praktis, dari bumi sampai benda – benda langit lainnya dan juga mencakup darat, laut, udara dan  juga luar angkasa. (Abidin, 2001)

Tujuan
            Tujuan dari praktikum yang berjudul “Pengukuran batas dan Pemetaan Detail” adalah untuk mengetahui cara pembuatan peta tematik.

TINJAUAN PUSTAKA
            Pemilihan titik detail ini sangat berkaitan dengan kelengkapan peta yang diinginkan. Seperti persyaratan yang berikut : a) Beda kontur dalam penggambaran nantinya tergantung dari skala yang diminta dan bilangan skala tersebut, selanjutnya diperkirakan gerakan pemegang rambu oleh juru ukur. b) Penggambaran garis konturya boleh dilakukan dengan melakukan inter-polarisasi antar dua buah titik detail saja. Dengan demikian gerakan pemegang rambu dapat dilakukan dari satu titik ke titik detail lainnya. c) Pemilihan nilai ketinggian garis kontur untuk penggambaran diambil bertahap sesuai dengan kelipatan beda kontur dengan bilangan bulat (integer). d) Penggambaran dimulai dengan ketinggian terendah dan kelipatan beda kontur, namun nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan titik detail yang terendah. (Krakwisky, 2001)
            Titik – titik dibuat dilapangan harus tepat ditemukan dengan mudah. Titik – titik yang bersifat tetap sehingga dapat digunakan untuk pengukuran adalah titik triangulasi yang dibuat di daerah besar. Titik polygon yang dibuat di dalam daerah yang kecil atau dalam skala kota sesuai dengan dimensi area atau hasil yang akan diukur, maka pekerjaan pengukuran umumnya dibedakan dalam dua bagian pengklasifikasian yaitu seperti geodesi. Pada hakekatnya, bola bumi mendekati bentuk elips putar, sehingga pengukuran permukaan bumi kita harus menggunakan metode pada bidang yang ellipsoda datar. Jadi, dengna demikian, pengukuran yang dilakukan diatas harus memperhatikan bentuk lengkung permukaan bumi. (Frick, 2002).
            Pengukuran titik detail dilakukan dengan mengambil data dari permukaan fisis bumi yang dianggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut diatas peta. Dengan sendirinya gambaran ini harus tentu terhadap interfensi yang telah ada, yaitu kerangka dasar diatas. Dengan demikian, titik ikat tersebut dapat langsung menjadi acuan dari titik – titik detail yang berada disekitarnya. (Soejadi, 2000)
            Pengukuran geodetik ini umumnya dilakukan untuk ketelitian yang telah tinggi. Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu objek diatas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinasi. Dalam pelaksanaan pengukurannya yang dicari dan dicatat adalah angka – angka jarak dan sudut. Jadi, koordinat yang diperoleh adalah dengan melakukan pengukuran – pengukuran yang jarak dan pengukuran sudut terhadap sistem koordinat geodetik tersebut diatas. (Irvene, 2001).
            Dalam pengukuran geodesi, permukaan bumi lengkung sangat diperhatikan untuk membuat keuntungan ada speroid ( bidang lengkung yang bentuk dan ukurannya mendekati bumi). Saat sekarang ini sudah menjadi kebiasaan untuk mengerjakan hitungan geodetik dalam sistem koordinat tiga dimensi yang pusatnya adalah berada di dalam bumi itu sendiri. Pada hakikatnya bola bumi itu mendekati elliopsoida putar, sehingga dalam melakukan pengukuran permukaan bumi dengna pengukuran pada bidang ellopsioda putar. (Basuki, 2006).
            Suatu kombinasi jaring – jaring sederhana dan pengukuran ofset menguntungkan dalam pembuatan peta dengan pemasangan titik – titik kontrol baru terutama untuk pengukuran suatu areal yang kecil cakupannya tetapi dengan skala yang besar. Maksud ini dasar dicapai dengan pengukuran jarak dengan menggunakan rantai atau pita ukur yang sederhana dan pengukuran offeset. Dalam pengukuran jaring – jaring sederhana ini, seperti urairan – urairan yang diatas bahwa yang ditentukan hanyalah kerangka dari daerah pengukuran. Sesungguhnya, sepanjang kerangka daerah pengukuran tersebut terdapat detail keadaan topografi dan bangunan – bangunan yang diukur secara mendetail.  Objek – objek tersebut dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam pengukuran geodetik ini, terutama untuk pengukuran geodetik ini. (Waiyati, 2007).
            Dalam pembuata peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengkuran – pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran – pengukuran di bagi dalam bentuk pengukuran yang mendatar untuk mendapatkan hubungan – hubungan titik – titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran kerangka horizontal) dan pengukurant tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik – titik yang diukur (Pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik – titik detail. Titik – titik kerangka dasar pemetaan yang akan di tentukan, lebih dahulu koordinat dari ketinggiannya itu di buat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah diamati, dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya. (Muda, 2008).
            Taylor (1991) mendefinisikan kartografi sebagai suatu “organisasi” presentasi, komunikasi dan penggunaan geo-informatika di dalam bentuk grafis, digital, atau format nyata. Hal ini dapat meliputi langkah – langkah penciptaan peta – peta dan hasil – hasil yang terkait dengan informasi spasial. (Kaak dan Ormeling, 2007)
            Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara – cara pengukuran tanah di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat di abaikan. Sedangkan pemetaan geodesi mencakup kajian yang lebih luar tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi saja. (Basuki, 2006)


METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum Geodesi dan Kartografi yang berjudul “Pengukuran Batas dan Pemetaan Deatil”dilaksanakan pada hari selasa, 12 November 2015 pukul 13:00 – 14:40 WIB di ruang Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat kompas sebagai pemandu, jalan sebagai penanda suatu stasiun, rambu ukur sebagai alat ukur, pita ukur sebagai alat untuk mengukur jarak dan alat tulis sebagai alat untuk menulis data.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lokasi objek disekitar kampus yaitu Kolam Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Prosedur
1.      Ditentukan titik pasti dan haruslah berupa sesuatu yang tidak hilang dalam waktu dekat.
2.      Ditentukan tempat alat dan ditandai dengan jalan.
3.      Penempatan alat harus bisa menjangkau titik pasti dan objek yang diukur.
4.      Pada objek ditentukan titik detail, semakin banyak titik detail yang dibuat, semakin teliti hasil yang didapatkan
5.      Pada alat satu diukur sudut azimuth, jarak lapang dua sudut vertikal ke titik pasti.
6.      Dari alat I diukur (diukur yang sama) ke titik detail pada objek yang bisa terlihat dar posisi alat II
7.      Setelah pengukuran ke titik detail selain diukur ke posisi alat ukur II
8.      Alat dipindahakan ke posisi alat II
9.      Dari posisi alat II. Diukur posisi alat I, selanjutnya ke titik – titik yang dapat dijangkau dari posisi alat II
10.  Setelah semua titik detail selesai diukur ke posisi alat III
11.  Dilakukan percobaan ini pada semua titik detail hingga selesai dan diukur ke posisi alat III
12.  Demikian seterusnya.
13.  Dibuat gambar pada milimeter A2 dan tabel difoto

Lx : Jarak titik ke alat bantu
Mi : Tinggi bacaan ke muka
Bi  : Tinggi bacaam ke belakang


HASIL DAN BAHAN
Hasil
            Terlampir
Pembahasan
            Dari hasil yang diperoleh dari penggambaran peta, jika setiap titik detail disatukan maka akan terbentuk gambar berbentuk kolam yang merupakan objek dari pemetaan detail. Semakin banyak titik detail, semakin akurat dan menyerupai bentuk objek aslinya. Sutu azimuth dan panjang titik juga mempengaruhi bentuk yang akan diperoleh. Pada saat pengambilan sudut harus mengikuti arah jarum jam. Perlu juga diperhatikan pengambilan sudut yang tepat agar gambar tidak salah. Sudut yang diambil juga harus tepat ke arah jarum jam, jika tidak tepat, maka yang terbentuk bukanlah kolam dan gambar yang terbetuk tidak jadi dan janggal seperti yang dikatakan Krakwisky (2001) bahwa, pemilihan titik detail sangat berkaitan dengan kelengkapan peta yang diinginkan.
            Semakin lengkap titik detail hasil gambar akan semakin akurat sehingga gambar yang terbentuk dapat menyerupai bentuk aslinya. Pengukuran titik detail harus diambil datanya dengan sangat teliti dan lengkap. Permukaan bumi secara fisis diambil sebagai objek dan pengumpulan data.
            Sebelum memindahkan data menjadi sebuah gambar, terdapat beberapa langkah yang harus di lalui, yaitu pengumpulan data, perhitungan atau pengolahan data – data yang didapat di analisis secara sistematik dan penggambaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Saleh (2013) yang menyatakan bahwa proses pemetaan umumnya terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut : a) Pengumpulan data ; b) Pengolah data terdiri dari proses perhitungan dan analisis data ; c) Presentasi, data yang dikumpulkan di analisis secara sistematik ; d) penggambaran.
            Pengukuran ditujukan untuk mengetahui pembuatan peta tematik. Untuk pengukuran jarak tinggi, sudut harus digunakan titik koordinat yang telah diperoleh pada hasil. Semakin banyak titik – titik detail maka data akan semakin akurat. Hal ini sesusai dengan literatur Whytepalil yang menyatakan bahwa untuk pengukuran jarak tinggi dan sudut harus dilakukan dengan menggunakan titik – titik koordinat sebagai batas – batas pengukuran.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Sudut azimuth terbesar adalah titik 360°,b.
2.      Sudut azimuth terkecil adalah titik 3°,c.
3.      Jarak titik terpanjang adalah titik J, 4,39 cm.
4.      Pengukuran batas dan pemetaan detail dilakukan dengan mengukur sudut J panjang jarak.
5.      Masing – masing titik memiliki panjang, tinggi dan sudut yang berbeda – beda.
6.      Peta memiliki skala 1 : 100 dari yang nyata.
7.      Setiap titik – titik detail yang diperoleh dihubungkan akan membentuk pola aslinya.
8.      Semakin banyak titik detail yang dibuat maka objek yang diukur akan semakin mirip dengan aslinya.
9.      Pengukuran jarak, tinggi dan sudut harus menggunakan titik – titik detail sebagai batas pengukuran
Saran
            Dalam praktikum ini sebaiknya pengukuran dilakukan dengna benar, selain itu praktikan harus dengan teliti melihat hasil pengukuran dan menuliskannya dibuku data.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H. 2001. Geodesi Satelit. Pestja Paramida. Jakarta.
Basuki. 2006. Ilmu Ukur Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Frick, H. 2002. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Irvene, S. 2001. Ilmu Ukur Tanah. Bumi Aksara. Bandung.
Krakwisky. 2001. Ilmu Ukur Tanah dan Alat Ukur Tanah. UGM Press. Yogyakarta.
Paul, W. 2000. Pengukuran Detail pada Pengukuran Tanah. Balai Pustaka. Jakarta.
Soejadi. 2000. Pengukran dan Alat Ukur Tanah. Indopi. Semarang.
Soekarto, P. 2007. Dasar – dasar Pengukuran bedan Tinggi dengan Tinggi dengan Alat Sifat              Datar. UNY. Yogyakarta
Universitas Diponegoro, 2007. Buku Ajaran Pengantar Geodesi. Diakses dari            http://7877393_bahanajarundip.pdf  [11 Desember 2015] [20:25 WIB].
Waiyati. 2007. Alat Ukur dan Pengukuran. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Wongsotjipto, S. 2010. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 


Jika kalian ingin arsip dari laporan ini dapat kalian bisa unduh dari link dibawah ini :

Post a Comment

0 Comments