Laporan Praktikum Reaksi Penyabunan Senyawa Asam Karboksilat dan Ester

Halo sahabat sekalian, pada kesempatan kali ini kami akan membagikan referensi untuk Laporan Praktikum Reaksi Penyabunan Senyawa Asam Karboksilat dan Ester. Ingat ya ini sebagai referensi bukan sebagai bahan untuk di copy-paste sepenuhnya. Berusahalah membuat laporan sebaik mungkin dengan usaha dan pengetahuan kalian sendiri atau berimproviasasi dari laporan yang kami sediakan ini juga tidak masalah selama kalian tidak menelannya bulat-bulat ya hehehe... Baiklah langsung saja berikut ini isi dari Laporan Praktikum Reaksi Penyabunan Senyawa Asam Karboksilat dan Ester. Semoga membantu :)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT tuhan semesta Alam. Berkat rahmat dan hidayahnya sehingga laporan ini dapat selesai tepat waktunya. Serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah membawa manusia keluar dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah kimia organik. Serta kepada para asisten lab yang turut memberikan konstribusi besar dalam penyelesaian laporan praktikum kimia organik ini.
Dalam laporan praktikum ini memuat metode serta hasil penelitian beserta analisa terhadap data  yang dilakukan di laboratorium. Serta tentunya dibawah pengawasan asisten yang dilakukan secara metodik dan efisien.
Tentunya sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan dikemudian hari.


Darussalam, 29 mei 2015

Praktikan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lipid merupakan senyawa organic berlemak atau berminyak yang tidak dapat larut dalam air yang dapat diekstrak dari sel atau jaringan tumbuhan dan hewan dengan menggunakan pelarut non polar seperti kloroform dan eter. Lipid terdapat di dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak, memiliki peranan penting dalam proses penting dalam metabolism secara umum.
Beberapa kelas lipid antara lain lemak dan minyak,terpena,steroid, dan beberapa senyawa penting lainnya. Lemak dan minyak merupakan suatu trigliserida. Pada suhu kamar lemak berwujud padatan dan minyak berwujud cairan. Analisa minyak dan lemak yang umur dilakukan pada bahan makanan dapat digoongkan menjadi beberapa yaitu penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak atau miyak yang terdapat pada bahan makanan pertanian dan olahannya, penentuan kualitas minya (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat berhubungan erat dengan kekuatan daya simpannya, sifat gorengannya, rasa, maupun baunya. Tolak ukur kualitas ini termasuk angka asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat ketengikan, kadar air dan angka penyabunan.
Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi sopinifikasi. Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata “sapo” dalam bahasa latin artinya sapo/sabun. Pengertian saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak dicampur dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH).
       Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH.Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5. Selain itu sabun biasanya membentuk garam dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water).Garam-garam tesebut tidak larut dalam air. Garam yang tidak larut dalam air itu membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju, atau warna kusam pada pakaian dan rambut.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui proses terjadinya reaksi penyabunan.

1.3 Manfaat Praktikum
Praktikan dapat mengetahui apa itu reaksi penyabunan.
Praktikan dapat mengetahui bagaimana proses terbentunya reaksi penyabunan
Praktikan dapat mengetahui hidrokarbon yang bersifat hidrofob atau hidrofil.
Praktikan dapat mempelajari reaksi saponifikasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun atau gliserol. Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Gebelin, 1997).
Ester karboksilat sederhana adalah senyawa netral. Molekulnya polar tapi tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya. Senyawa ini kurang larut dalam air dan bertitik didih lebih rendah dibandingkan asam karboksilat asalnya. Ester dapat berikatan hidrogen dengan air. Ester yang berbobot molekul rendah sedikit larut dalam air tetapi ester yang terdiri dari empat atau lima karbon hampir tidak dapat larut dalam air. Ester dari asam dan alkohol yang berbobot molekul rendah dan berbau enak. Senyawa ini mudah menguap dari buah-buahan dan bebungaan, yang mencirikan rasa atau baunya (Wilbraham, 1992).
Lemak dan minyak adalah satu kelompok yang termasuk dalam golongan lipid, yaitu senyawa organic yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non-polar. Misalnya dietil eter (C2H5CO2H5), kloroform (CHCl3), benzene dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minya mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Bahan – bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan zat terlarut. Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutah KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat (10N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non polar (Herlina, 2002)
Sifat yang dimiliki sabun disebabkan karena bergabungnya gugus karboksilat yang polar dan rantai hidrokarbon tak polar di dalam molekul yang sama. Di dalam medium berair, sejumlah besar molekul sabun berhimpun pada suatu struktur bola yang disebut misel. Ujung karboksilat yang polar dari molekul terdapat pada tepi luar misel karena dayanya untuk menarik air (hidrofil). Ujung hidrokarbon yang tak polar dari molekul berkumpul menjadi satu di pusat misel sehingga memperkecil setiap hubungan dengan air (hidrofob) (Pine, 1998).


BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum laboratorium Kimia Organik dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 28 Mei 2015 pada pukul 12.00 WIB dan selesai pada pukul 14.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Terpadu Fakultas Kelautan dan Perikanan.

3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, dapat dilihat pada tabel berikut :
3.2.1 Tabel Alat
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Tabung reaksi         5
2 Pembakar Bunsen 1
3 Gelas kimia 50 ml 2
4 Penjepit tabung 1
5 Tungku segitiga 1
6 Rak Tabung          1
7 Pipet tetes         1  

3.2.2 Tabel Bahan
NO NAMA BAHAN  JUMLAH
1 Minyak makan Secukupnya
2 NaOH Secukupnya
3 KOH Secukupnya
4 MgSO4 Secukupnya
5 CaSO4 Secukupnya
6 etil etanoat Secukupnya
7 Larutan sabun Secukupnya

3.3  Cara Kerja
3.3.1 Reaksi Penyabunan Asam Lemak dengan Basa Kuat
a. Di ambil 3 mL minyak makan, lalu di tambahakan NaOH sebanyak 1 N. 
b. Di kocok dengan kuat hingga terbentuk busa.
c. Di panaskan larutan dan di aduk hingga terjadi reaksi penyabunan.
3.3.2 Reaksi Penyabunan Senyawa Ester dengan Basa Kuat
a. Di ambil 3 mL etil etanoat, lalu di tambahkan NaOH sebanyak 1 N.
b. Di kocok dengan kuat hingga terbentuk busa.
c. Di panaskan larutan dan di aduk hingga terjadi reaksi penyabunan

.
3.3.3 Reaksi Pengendapan Sabun oleh NaCl
a. Di ambil larutan sabun, lalu di tambahkan NaCl sebanyak 1 N.
b. Di amati pengendapan yang terjadi pada larutan tersebut.
3.4 Analisa Data
Tidak terdapat analisa data pada praktikum kali ini karena pada praktikum ini hanya dilakukan pengamatan fisik terhadap reaksi-reaksi dari senyawa kimia yang telah di


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamtan

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum ini di peroleh hasil bahwa Sabun merupakan salah satu produk  yang diperoleh dari hasil reaksi minyak.Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH atau KOH) denagn menggunakan minyak.Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi(penyabunan).Pembuatan sabun merupakan salah satu hasil dari sintesis kimia yang paling tua.Bila glesirida lemak dihidrolisis maka akan menghasilkan garam dari asam karboksilat dan gliserol. Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari rantai hidrokarbon asam lemak yang bersifat lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak)atau basa yang disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya yang merupakan ion karboksilat bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.
Selanjutnya, pada reaksi penyabunan senyawa ester dengan basa kuat, di campurkannya etil etanoat sebanyak 3 mL dengan larutan NaOH seanyak 1 N yang kemudian di kocok hingga berbusa. Jika pada pengocokan tersebut terdapat kesulitan, maka di lakukan pemanasan pada larutan tersebut dengan cara di aduk hingga terjadinnya reaksi penyabunan pada larutan tersebut. Dan pada akhirnya akan menghasilkan endapan berwarna putih yaitu berupa sabun, di percobaan kedua ini antara etil etanoat dan NaOH dapat terlarut secara keseluruhan.
Perbedaan utama antara asam karboksilat dan ester adalah aromanya. Asam karboksilat mempunyai aroma yang tidak enak, sedangkan ester mempunyai aroma yang menyenangkan. Ester sering kali digunakan sebagai flavouring agents, misalnya ester etil butirat yang mempunyai aroma buah nanas.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum di atas dapat di simpulkan, bahwa :
1. Reaksi Saponifikasi (penyabunan) adalah  reaksi antara lemak atau minyak dengan suatu basa kuat seperti NaOH atau KOH yang menghasilkan sabun. Reaksi ini menghasilkan sabun sebagai bahan utama dan gliserol sebagai hasil sampingan.
2. Asam lemak dapat bereaksi dengan basa kuat.
3. Sabun sebagai emulgator.
4. Terjadinya endapan Ca+ karena bersifat basa.
5. Penambahan larutan NaCl dalam larutan atau reaksi penyabunan yaitu berfungsi untuk memisahkan antara sabun dengan gliserolnya.

5.2 Saran
1. Semoga kedepannya pengadaan alat dan fasilitas penunjang praktikum dapat    semakin membaik lagi demi mendukung kelancaran dan kenyamanan proses praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Gebelin, Charles G. 1997. Chemistry and Our World. United State of America: Wmc Brown Publisher.
Herlina, N dan H. S. Ginting, 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia USU.
Pine, S. 1998. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: Penerbit ITB

Post a Comment

0 Comments